Kemarin, tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang teman kerja. Awalnya, kami cuma ngobrol santai, saling berbagi cerita tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Obrolan ringan seperti ini memang sering jadi momen untuk melepas penat. Tapi di tengah percakapan, teman saya tiba-tiba menyebut istilah “dipangkon mati.” Saya langsung penasaran, “Apa maksudnya?” Teman saya lanjut menjelaskan dengan sederhana. “Dipangkon mati”, gambaran seseorang yang terlalu dimanjakan atau selalu diberi kemudahan, sampai-sampai kehilangan kemampuan untuk mandiri. Bukannya maju, orang tersebut malah terjebak dalam kenyamanan dan jadi tidak bisa berkembang. Saya hanya manggut-manggut, merasa istilah itu sangat relevan dengan apa yang sering saya lihat di sekitar kita.

Di kehidupan sehari-hari, istilah ini benar-benar terasa nyata. Misalnya, ada orang yang selalu dilindungi dari segala tantangan. Segala kebutuhan mereka selalu dipenuhi tanpa usaha. Awalnya mungkin terlihat nyaman, tapi lama-kelamaan, seseorang bisa jadi kehilangan semangat untuk berjuang. Ketika dihadapkan pada kesulitan, mereka bingung harus berbuat apa, karena tidak pernah terbiasa menghadapinya sendiri.

Hal tersebut tidak hanya terjadi di rumah, tapi mungkin juga di tempat kerja. Kita pasti pernah melihat kolega yang terlalu sering dibantu, diberi kemudahan, atau bahkan “diangkat” ke posisi tertentu tanpa melalui proses yang cukup. Tapi, ketika mereka harus menghadapi tantangan besar, semuanya berantakan. Bukan karena mereka tidak berbakat, tapi karena mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk bertumbuh melalui perjuangan. Padahal, kesulitan adalah bagian penting dari proses pembelajaran. Saya percaya, setiap tantangan yang kita hadapi adalah cara hidup mengajarkan kita untuk menjadi lebih kuat. Kalau semuanya terlalu mudah, kita tidak akan pernah tahu seberapa besar potensi yang sebenarnya kita miliki.

Filosofi “dipangkon mati” ini mengingatkan saya pada pepatah tentang pohon yang akarnya tumbuh semakin kuat karena angin kencang. Begitu juga dengan kita. Ketika hidup terasa sulit, itu adalah momen di mana kita sedang bertumbuh. Tantangan, hambatan, bahkan kegagalan adalah bagian dari perjalanan untuk menjadi pribadi yang lebih tangguh. Namun, ini bukan berarti kita tidak boleh membantu orang lain. Kita tetap bisa memberikan dukungan, tapi harus tahu batasannya. Bantuan yang terlalu berlebihan justru bisa melemahkan. Kadang, lebih baik membiarkan seseorang mencoba sendiri, belajar dari kesalahan, dan menemukan cara mereka sendiri untuk berhasil. Karena dari situlah mereka akan belajar tentang arti kemandirian.

Untuk kita sendiri, jangan pernah takut menghadapi kesulitan. Hidup tidak selalu tentang mencari jalan yang mudah. Kadang, jalan yang terjal adalah yang paling mendidik. Jika hari ini kita merasa lelah atau merasa semua hal begitu sulit, ingatlah bahwa kita sedang membangun akar yang kuat untuk masa depan.

“Dipangkon mati” mengingatkan kita bahwa kemudahan tanpa perjuangan hanya akan menjebak kita di tempat. Tapi dari setiap kesulitan, ada pelajaran yang memperkuat, ada perjuangan yang mendewasakan, dan ada keberhasilan yang jauh lebih berarti. Mari kita jalani hidup dengan semangat untuk terus berjuang. Tidak masalah jika jalannya tidak selalu mudah, karena setiap langkah yang kita ambil hari ini adalah fondasi untuk keberhasilan di masa depan.—Semoga menginspirasi 😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *