Siapa yang tidak suka dipuji? Rasanya menyenangkan ketika hasil kerja keras diakui, ketika orang lain menghargai usaha kita. Pujian bisa menjadi dorongan semangat, menambah rasa percaya diri, dan membuat kita merasa berarti. Tapi hati-hati, pujian yang berlebihan bisa menjadi racun yang perlahan-lahan merusak tanpa kita sadari.

Pujian, jika diterima dengan sikap yang salah, bisa membuat kita terlena. Kita mulai merasa sudah cukup hebat, merasa di atas angin, dan tanpa sadar berhenti belajar. Ketika semua orang di sekitar memuji, kita bisa kehilangan kepekaan terhadap kekurangan diri sendiri. Akibatnya, kita stagnan di tempat, tidak lagi merasa perlu berkembang atau berbenah.

Ada ungkapan bijak yang mengatakan, “Musuh terbesar dari kesuksesan di masa depan adalah keberhasilan di masa lalu.” Ketika kita terlalu menikmati pujian, kita bisa terjebak dalam kenyamanan. Kita merasa sudah mencapai puncak, padahal perjalanan masih panjang.

Lihat saja banyak tokoh besar atau perusahaan raksasa yang pernah berjaya, tetapi akhirnya runtuh. Salah satu penyebabnya? Merasa hebat. Mereka puas dengan keberhasilan masa lalu dan mengabaikan kebutuhan untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Mereka mabuk pujian hingga lupa bahwa dunia terus bergerak.

Lebih berbahaya lagi, pujian bisa menumbuhkan rasa gila hormat—keinginan untuk selalu dikagumi dan dihormati. Orang yang gila hormat biasanya sulit menerima kritik, meskipun kritik itu membangun. Mereka merasa selalu benar, sulit menerima masukan, dan perlahan-lahan menjauh dari kenyataan. Akhirnya, mereka dikelilingi oleh orang-orang yang hanya berani memuji, bukan mengingatkan saat mereka salah.

Padahal, orang yang benar-benar ingin berkembang akan lebih menghargai kritik yang jujur daripada pujian kosong. Kritik mungkin menyakitkan di awal, tapi di situlah kita belajar dan memperbaiki diri. Sementara pujian yang berlebihan bisa membutakan kita dari kekurangan yang harus diperbaiki.

Bukan berarti kita harus menolak semua pujian. Pujian yang tulus adalah bentuk apresiasi yang pantas kita terima. Namun, yang perlu diwaspadai adalah bagaimana kita meresponsnya. Jika pujian membuat kita berhenti belajar, merasa paling benar, atau hanya ingin tampil sempurna di mata orang lain, di situlah pujian berubah menjadi racun.

Jadi, bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap pujian?

Terimalah dengan rendah hati, tapi jangan biarkan pujian menguasai pikiran kita. Ingatlah bahwa setiap pencapaian hari ini adalah pijakan untuk tantangan berikutnya. Dan ketika pujian datang, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah saya benar-benar sehebat itu, atau masih banyak yang perlu saya perbaiki?

Karena pada akhirnya, pujian hanyalah bonus, bukan tujuan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita terus berkembang, bahkan ketika tidak ada yang melihat atau memuji. Jangan biarkan pujian menjadi racun yang membunuh semangat belajar dan merusak keikhlasan kita dalam berkarya. Semoga menginspirasi 😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *