Ada hal sederhana tapi sering kita lupa: nasehat itu punya tempat dan cara. Seperti bunga, ia lebih cantik kalau disampaikan dengan romantis, bukan dilempar begitu saja. Tapi anehnya, masih ada orang yang suka memberi nasehat di depan banyak orang, seolah itu panggung untuk menunjukkan kebijaksanaannya. Padahal, siapa sih yang mau dinasehati sambil ditonton? Apalagi kalau yang disampaikan bukan hanya nasehat, tapi kritik yang terasa seperti tamparan di muka. Bukannya sadar akan kesalahan, orang yang dinasehati justru merasa malu, marah, bahkan semakin menjauh.

Orang bijak pernah berkata, “Kalau kamu ingin seseorang berubah, jangan tunjuk salahnya di depan orang banyak. Panggil dia, ajak bicara hati ke hati. Dengan begitu, nasehatmu akan terasa sebagai bentuk kasih sayang, bukan penghakiman.” Delapan belas tahun silam, saat duduk di bangku sekolah, saya pernah membuktikannya. Saat itu saya mendapatkan nilai terendah pada salah satu mapel. Tapi, alih-alih guru saya menegur di depan kelas, beliau malah mendekati saya, menepuk-nepuk punggung sambil berkata lirih “Ibu tahu kamu mampu dan bisa lebih baik dari ini”. Lalu apa yang terjadi? Sejak saat itu saya termotivasi untuk mempelajari setiap materi mapel itu, dan di akhir semester sungguh di luar dugaan, saya mendapat pujian dari sang guru karena nilainya tertinggi di kelas. MasyaaAllah!!

Apa yang kita pelajari dari cerita ini? Nasehat yang baik itu bukan tentang seberapa keras kita berbicara, tapi seberapa lembut cara kita menyampaikannya. Memberi nasehat di depan umum hanya akan melukai harga diri orang lain. Tapi, jika kita melakukannya dengan baik, dengan niat yang tulus, nasehat itu bisa menjadi motivasi untuk berubah. Ingat, tujuan memberi nasehat bukan untuk menunjukkan bahwa kita lebih tahu, lebih benar, atau lebih baik. Tujuan sebenarnya adalah membantu orang lain menjadi versi terbaik dari dirinya. Dan itu hanya mungkin jika kita menghormati perasaannya. Jadi, lain kali kalau Kita ingin memberi nasehat, pikirkan dulu: apakah ini waktu yang tepat? Apakah ini tempat yang sesuai? Dan yang paling penting, apakah Kita melakukannya untuk kebaikan mereka, atau hanya untuk ego Anda sendiri?

“Nasehat itu seperti angin sepoi-sepoi. Ia menyejukkan, bukan menerbangkan daun-daun rapuh.”—Semoga menginspirasi 😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *