Pernah nggak, ketemu orang yang begitu sombong sampai bikin darah naik ke kepala? Rasanya kepingin banget kita balas dengan menunjukkan bahwa kita juga bisa lebih hebat. Tapi, sebelum terjebak dalam sikap itu, yuk kita renungkan apakah membalas kesombongan dengan kesombongan adalah jalan yang baik?
Kesombongan itu seperti api. Kalau kita tambahkan api lagi, yang ada malah makin besar, membakar apa saja di sekitarnya, termasuk hati kita sendiri. Membalas kesombongan dengan kesombongan hanya memperburuk keadaan. Itu bukan solusi, melainkan cara untuk menjerumuskan diri kita ke lubang yang sama. Coba kita pikirkan lagi. Orang sombong biasanya punya alasan. Entah mereka ingin menutupi rasa kurang percaya diri, merasa ingin diakui, atau sekedar ingin menunjukkan kekuasaan. Ketika kita ikut-ikutan sombong, kita sebenarnya hanya mempertegas kelemahan itu, baik kelemahan mereka maupun kelemahan kita sendiri.
Islam mengajarkan kita untuk merespons dengan cara yang bijak. Kesombongan tidak bisa dilawan dengan kesombongan. Justru, kesombongan bisa dipatahkan dengan kerendahan hati. Ketika kita tetap tenang, santun, dan tidak terbawa emosi, itu menunjukkan bahwa kita lebih kuat secara emosional dan spiritual. Balas kesombongan dengan kesombongan mungkin terasa memuaskan di awal, tetapi apa yang kita dapatkan setelahnya? Kebahagiaan sesaat berubah menjadi penyesalan. Karena dalam proses itu, kita kehilangan akhlak mulia yang seharusnya kita jaga.
Kita bisa belajar dari kisah Nabi Musa AS ketika menghadapi Fir’aun. Fir’aun adalah contoh kesombongan manusia yang paling ekstrem, tetapi Nabi Musa tetap merespons dengan kata-kata yang lembut dan penuh hikmah. Sikap ini bukan tanda kelemahan, melainkan bukti kebesaran hati dan kekuatan iman. Jika suatu hari kita berhadapan dengan orang yang sombong, ingatlah bahwa kita tidak perlu menurunkan diri ke level mereka. Sebaliknya, jadilah cermin yang selalu memantulkan kelembutan, ketenangan, dan kebijaksanaan. Tunjukkan bahwa kita punya standar akhlak yang lebih tinggi. Kesombongan itu ibarat menaiki tangga rapuh. Semakin tinggi seseorang menaikinya, semakin besar pula kemungkinan mereka jatuh. Biarkan mereka menaiki pilihannya, dan fokuslah pada perjalanan kita sendiri. Hidup ini bukan tentang membuktikan siapa yang lebih hebat, tetapi tentang menjadi versi terbaik dari diri kita. Ketika kita menghadapi kesombongan dengan kerendahan hati, kita tidak hanya menjaga martabat kita, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi orang lain.
“Kesombongan akan membuat hati kosong, sementara kerendahan hati membuat hati sejuk dan damai”. Semoga menginspirasi 😊