Pernahkah kita merasa ada perlakuan yang berbeda di tempat kerja atau lingkungan sekitar? Aturan yang begitu ketat bagi sebagian orang, tapi terasa longgar bagi yang lain. Ketika tanggung jawab dituntut dengan tegas dari banyak pihak, tapi sebagian lagi bisa berjalan santai tanpa beban yang sama. Inilah yang sering disebut standar ganda—ketika aturan hanya berlaku untuk sebagian orang, sementara yang lain bebas melanggarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, standar ganda bisa muncul dalam berbagai bentuk. Ada yang diminta bekerja dengan disiplin, tapi di sisi lain, ada yang bisa mengabaikannya tanpa konsekuensi. Ada yang dituntut jujur dan transparan, tapi di waktu yang sama, ada yang justru mendapat keistimewaan meski melanggar prinsip tersebut.
Masalahnya, ketika perlakuan tidak adil ini dibiarkan, ada hal besar yang dipertaruhkan, yakni kepercayaan.
Kepercayaan adalah pondasi yang menjaga keharmonisan di dalam komunitas, organisasi, atau lingkungan apa pun. Saat orang merasa diperlakukan tidak adil, perlahan-lahan rasa hormat memudar, semangat bekerja menurun, dan akhirnya muncul sikap “asal selesai.” Tidak ada lagi dorongan untuk memberikan yang terbaik, karena usaha mereka terasa sia-sia di tengah ketidakadilan.
Bukan hanya itu, standar ganda juga memicu rasa apatis. Orang mulai berpikir, “Untuk apa berusaha keras jika akhirnya hanya sebagian yang dihargai?” Akibatnya, potensi terbaik yang dimiliki banyak orang terhambat, bukan karena mereka tidak mampu, tapi karena merasa tidak dihargai dengan layak.
Namun, ada hal penting yang perlu diingat bahwa keadilan selalu dimulai dari diri sendiri. Jika kita ingin suasana yang lebih adil, mulailah dengan bersikap jujur dan konsisten. Jangan hanya menuntut dari orang lain tanpa memberi contoh nyata. Apa yang kita perbuat dengan tulus dan adil, sekecil apa pun, akan membangun kepercayaan di sekitar kita.
Menjalankan aturan yang sama untuk semua orang memang tidak mudah. Terkadang, ada alasan di balik keputusan yang terlihat tidak adil di permukaan. Namun, ketika prinsip keadilan menjadi pegangan bersama, suasana akan terasa lebih nyaman dan sehat. Bukan karena semua orang sempurna, tapi karena ada usaha tulus untuk memperlakukan setiap orang dengan layak dan bermartabat.
Mari kita coba menjadi pribadi yang menjaga keadilan dalam lingkup apa pun yang kita jalani. Karena pada akhirnya, bukan seberapa besar kuasa yang kita miliki yang akan diingat orang, melainkan seberapa adil dan tulus kita memperlakukan sesama.