Awal tahun 2024 saya pasang target yang (katanya) keren, satu hari satu artikel untuk konten website dan satu bulan satu artikel jurnal ilmiah. Bukan sekadar resolusi, tapi benar-benar saya jalani. Januari? Lancar. Februari? Masih on fire. Maret? Mulai kedodoran. Masuk bulan keempat, tulisan mulai bolong-bolong, ide menumpuk di kepala tapi tak pernah turun jadi paragraf.

Tahun berganti. Target jurnal tetap saya pasang: satu bulan satu artikel. Tapi yang terjadi, bulan pertama semangat, bulan kedua mulai sibuk, bulan ketiga akhirnya hanya mampu satu artikel dalam dua bulan. Dan tanpa sadar, saya mulai berdamai dengan ketidakkonsistenan itu.

Lalu saya sadar…
Memulai memang mudah. Tapi menjaga konsistensi, itu yang sulit.

Bukan karena saya tidak punya waktu. Tapi karena saya terlalu banyak alasan. “Nanti malam saja nulisnya.” “Lagi capek, otak nggak fresh.” “Lagi nggak mood.” Dan semua alasan itu, tanpa saya sadari, merampas satu hal paling penting, konsistensi.

Semangat itu seperti kembang api, meledak di awal, indah sebentar, lalu hilang. Tapi karya, apalagi yang berdampak jangka panjang, bukan dibangun dari ledakan sesaat, tapi dari langkah-langkah kecil yang terus berulang, bahkan saat tidak ada yang melihat.

Saya tidak menulis ini untuk menyesali, tapi untuk mengingatkan diri sendiri… dan mungkin juga teman-teman yang sedang mengalami hal yang sama. Bahwa ketika kita mulai goyah di tengah jalan, itu bukan akhir segalanya. Itu adalah momen untuk berhenti sebentar, menata ulang langkah, dan kembali lagi ke jalurnya.

Tidak perlu langsung kembali ke ritme sempurna. Tapi cukup mulai lagi, hari ini. Satu paragraf, satu artikel, satu ide. Karena menulis (dan berkarya) itu bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling tahan lama.

Sekarang saya belajar bahwa menjaga irama jauh lebih penting daripada kecepatan. Yang kuat bukan yang paling hebat di awal, tapi yang mampu bertahan meski sedang lelah, sibuk, atau sepi pujian.

Jadi, jika hari ini kamu sedang kehilangan ritme, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kita memang bukan mesin. Tapi kita bisa memilih untuk kembali. Karena konsistensi bukan soal tidak pernah gagal, tapi soal tidak pernah berhenti memulai kembali.

Hari ini saya akan coba menulis lagi. Pelan-pelan, tapi terus. Karena saya tahu, karya besar selalu lahir dari kebiasaan kecil yang dijaga dengan sepenuh hati. Semoga menginspirasi 😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *