Pernah nggak, teman-teman merasa seperti berlari tanpa henti? Mengejar sesuatu yang terus saja menjauh—rumah impian, prestasi kejuaraan, pekerjaan, atau mungkin pengakuan dari orang lain? Rasanya sudah melakukan segalanya, tapi yang kita kejar seperti kupu-kupu, semakin didekati semakin terbang menjauh.

Kalau pernah, saya juga begitu. Sampai akhirnya, pagi ini saya tiba-tiba melihat postingan seseorang berisi kalimat bijak dari Mario Quintana, seorang penulis dari Brazil: “Jangan kejar kupu-kupu, perbaiki kebun maka kupu-kupu akan datang” (maaf kalau salah). Kalimat ini sangat sederhana, tapi maknanya dalam banget.

Sering kali kita terlalu fokus mengejar hasil. Kita ingin cepat sampai ke tujuan, ingin semua harapan terwujud dalam waktu singkat. Tapi kita lupa, hasil itu tidak bisa dipaksa. Keberhasilan, kebahagiaan, atau pengakuan adalah seperti kupu-kupu. Mereka datang bukan karena kita mengejarnya, tapi karena kita menciptakan lingkungan yang tepat untuk mereka datang.

Bayangkan kalau kita punya kebun yang indah. Tanahnya subur, bunganya bermekaran, dan udaranya sejuk. Kupu-kupu akan datang dengan sendirinya, tanpa perlu kita kejar-kejar. Begitu juga dengan hidup kita. Ketika kita fokus memperbaiki diri, mengasah kemampuan, menjaga integritas, dan menciptakan lingkungan yang positif, hal-hal baik akan datang tanpa perlu dipaksakan – InsyaaAllah.

Di dunia kerja, filosofi ini sangat relevan. Misalnya, daripada sibuk mencari perhatian atasan, kenapa tidak fokus menghasilkan pekerjaan terbaik? Ketika kita bekerja dengan sepenuh hati, hasil yang baik akan berbicara lebih keras daripada usaha kita untuk mencari pengakuan.

Atau saat kita merasa stuck dalam mencari peluang. Alih-alih panik, coba gunakan waktu untuk meningkatkan kualitas diri. Belajar sesuatu yang baru, memperluas jaringan, atau bahkan menjaga kesehatan fisik dan mental kita. Peluang sering kali datang bukan saat kita mengejarnya, tapi saat kita sudah siap menerimanya.

Saya pernah berada di fase di mana saya terlalu sibuk mengejar sesuatu. Rasanya seperti berlari di treadmill—capek minta ampun, tapi nggak ke mana-mana, uangpun tak dapat. Sampai akhirnya saya berhenti sejenak, merenung, dan mulai fokus memperbaiki apa yang ada di dalam kendali saya. Belajar lebih banyak, bekerja lebih baik, dan menjaga keseimbangan hidup jauh lebih utama. Hasilnya? Hal-hal baik InsyaaAllah datang, perlahan tapi pasti, tanpa perlu memaksanya.

Filosofi “perbaiki kebun” ini mengajarkan kita untuk menikmati dan memperbaiki proses. Bahwa keberhasilan bukan soal siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang paling sabar dan konsisten memperbaiki diri.

Jadi, teman-teman, kalau hari ini kita merasa lelah mengejar sesuatu, cobalah berhenti sejenak. Alih-alih terus berlari, fokuslah merawat “kebun” kita. Apa pun itu—pekerjaan, hubungan, atau diri kita sendiri—berikan perhatian, rawat dengan sepenuh hati. Karena kebun yang subur akan selalu menarik hal-hal baik untuk datang.

“Jangan kejar kupu-kupu. Perbaiki kebun, maka kupu-kupu akan datang dengan sendirinya.”

Semoga hari ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa hasil besar sering kali lahir dari proses kecil yang konsisten. Karena hidup bukan hanya soal mengejar sesuatu, tapi tentang menerima dan mensyukuri sesuatu yang kita punya. Semoga menginspirasi 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *